Memahami Pluralitas Kemanusiaan dalam Pandangan Axel Honneth dan Y.B. Mangunwijaya

Alexius Nale(1*),

(1) Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma
(*) Corresponding Author

Abstract


Indonesia’s rich tapestry of religion, culture, tribe, race, and ethnicity has led to a diverse and pluralistic society. However, over time, this diversity has been scrutinized, and instances of radicalism and violence in the name of religion and belief have become more frequent. To address these issues, the perspectives of Axel Honneth and Y.B. Mangunwijaya offer valuable insights into fostering humanitarian attitudes through the adaptation process. This study employs literature review and comparative analysis methods. Findings indicate that embracing plurality with a focus on human values is crucial for cultivating personal awareness of individual dignity. This awareness is essential for bridging divides and dismantling barriers that threaten national unity. Continuous conflict will persist if differences are always viewed with suspicion rather than as a source of richness. As Mangunwijaya noted, a nation cannot mature if it perceives differences as problems rather than assets. To advance towards a mature society, human values must underpin religious teachings, as this is the path to unity and peace. Similarly, Axel Honneth emphasizes the importance of recognition in overcoming social injustices and achieving liberation.

Abstrak

Kehadiran agama, budaya, suku, ras, dan etnis di Indonesia telah menghasilkan keragaman dan pluralitas kehidupan berbangsa. Namun seiring berjalannya waktu, keragaman dan pluralitas itu dipertanyakan, manakala radikalisme dan kekerasan dengan mudahnya terjadi atas nama agama dan kepercayaan. Isu-isu tersebut bisa ditanggapi dengan pemikiran Axel Honneth dan Romo Mangunwijaya yang pada pokoknya menawarkan perspektif solutif terkait proses adaptasi demi membangun sikap kemanusiaan. Untuk itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan analisis komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pluralitas perlu disikapi dengan keutamaan nilai kemanusiaan untuk menumbuhkan kesadaran pribadi akan harkat dan martabat hidup setiap orang. Kesadaran ini menjadi kunci untuk menjembatani ‘jarak’ dan merobohkan ‘sekat’ ataupun ‘tembok’ yang seringkali menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa ini akan terus berada dalam konflik apabila perbedaan selalu dipersoalkan demi mencari pembenaran. Seperti yang dikatakan Romo Mangunwijaya, negara ini tidak akan dewasa jika perbedaan dilihat sebagai masalah dan bukan sebagai kekayaan. Oleh karena itu, dalam menuju negara yang dewasa, nilai kemanusiaan harus menjadi dasar ajaran bagi setiap agama karena hanya inilah yang mampu membawa kita pada persatuan dan kedamaian. Dalam nada yang sama dengan menekankan aspek kemanusiaan, Axel Honneth pun hadir dengan konsepnya tentang pengakuan. Di sini Honneth mau menunjukan betapa pentingnya aspek pengakuan dalam upaya pemerdekaan – mengatasi bentuk-bentuk ketidakadilan yang menimpa manusia sebagai subjek dalam tatanan sosial.

Keywords


Plurality, Humanity, Alex Honneth, Mangunwijaya

References


Buku

Armada Riyanto, dkk. Berteologi Baru Untuk Indonesia. Edited by Robert P. Manik. Yogyakarta: Kanisius, 2020.

Armada Riyanto, dkk. Berteologi Baru Untuk Indonesia. Edited by Robert P. Manik. Yogyakarta: Kanisius, 2020.

Axel Honneth. The Struggle for Recognition: The Moral Grammar of Social Conflicts. Translated by Joel Anderson. Cambridge: The MIT Press, 1995.

Axel Honneth. "The Limits of Liberalism: On the Political-Ethical Discussion Concerning Communitarianism." In The Fragmented World of the Social: Essays in Social and Political Philosophy, Albany: State University of New York, 1995.

Axel Honneth. "Dissonance of Communicative Reason: Albrecht Wellmer and Critical Theory." In Pathologies of Reason, trans. Reider K. Maliks. New York: Columbia University Press, 2009.

Chung Hyun Kyung. Struggle to be the Sun Again: Introducing Asian Women’s Theology. New York: Orbis Books, 1990.

Fouz A. Kurdi. Menguak New Age Movement. Jakarta: Darul Uswah, 2014.

Gutmann, ed. Multiculturalism: Examining the Politics of Recognition. New Jersey: Princeton University Press, 1994.

Haryatmoko. Dominasi Penuh Muslihat. Jakarta: Gramedia, 2010.

Haryatmoko. "Tanggungjawab Etis Partai Politik: Memperluas Partisipasi Masyarakat Dalam Kebijakan Publik." In Seminar Nasional Mahkamah Kehormatan DPR RI, March 22, 2021. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013. See also Etika Publik: untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jean-Philipe Deranty. Beyond Communication: A Critical Study of Axel Honneth’s Social Philosophy. Leiden: Brill Publishing, 2010.

Oktavia Damayanti. Implementasi Humanisme Dalam Pandangan Yusuf Bilyarta Mangunwijaya: Sebuah Konsep Teologi Pembebasan di Yogyakarta. Bachelor thesis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2017.

Paul Cliteur. The Secular Outlook: In Defense of Moral and Political Secularism. Oxford: Wiley-Blackwell, 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B. Bandung: Alfabeta, 2012.

Suharsimi Arikonto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Will Kymlicka. Multicultural Citizenship: A Liberal Theory of Minority Rights. Oxford: Clarendon Press, 1995.

Y.B. Mangunwijaya. Paradigma Baru Pendidikan Rakyat. Jakarta: Majalah Prisme, 1980.

Jurnal

CB. Mulyatno. "Keutamaan Dalam Karya-karya Kemanusiaan YB. Mangunwijaya." Jurnal Teologi 2 (2013): 185-189. Quoted in Ezra Tari, "Obituari YB. Mangunwijaya." Jurnal Teologi Kristen 1 (2020): 171.

Fitzgerald Kennedy Sitorus. "Perjuangan untuk Pengakuan." Majalah Basis, no. 09-10, Tahun ke-69 (2020): 12.

Mudji Sutrisno. "Sosok Romo Mangun: Inspirasi-Inspirasi Dan Karyanya." Jurnal Seni Nasional CIKINI 3 (2018): 12.

Mustaghfiroh Rahayu. "Keragaman di Indonesia dan Politik Pengakuan: Suatu Tinjauan Kritis." Jurnal Pemikiran Sosiologi 4, no. 2 (2017): 1-18.

Rustono Farady Marta. "Perjuangan Multikulturalisme Perhimpunan Indonesia Tionghoa Dalam Perspektif Rekognisi Axel Honneth." Bricolage 4, no. 1 (2018): 23-25.




DOI: https://doi.org/10.24071/div.v2i2.8811

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Flag Counter

E-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, Juli 2023) 2988-2311

P-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, Juli 2023) 2988-5434

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.