AGAMA EKOLOGIS DAN WACANA NON-HUMAN TURN

Muhammad Rodinal Khair Khasri(1*), Ali Ilyas(2),

(1) Faculty of Philosophy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Indonesia
(2) Faculty of Science, Engineer, and Applied Secience, Universitas Pendidikan Mandalika Mataram
(*) Corresponding Author

Abstract


Artikel ini membahas perbedaan antara wacana posthuman dan wacana nonhuman dalam konteks agama ekologis. Berbeda dengan wacana posthuman yang memiliki elemen teleologis, wacana nonhuman menekankan bahwa manusia berinteraksi dengan entitas nonhuman tanpa mencari transformasi manusia menjadi non-manusia. Artikel ini mengusulkan bahwa penting untuk memahami hubungan manusia dengan alam sebagai nonhuman agency, bukan sekadar sebagai entitas nonhuman. Hal ini bertujuan untuk merekonstruksi basis ontologis wacana agama ekologis agar tidak terperangkap dalam paradigma antroposentrisme. Penelitian ini mengadopsi kerangka pikir Actor-network Theory dan Political of Things yang dikembangkan oleh Bruno Latour untuk memandang hubungan antara manusia dan alam dalam konteks yang lebih luas dan tidak teleologis. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan filsafat dan literature review. Kedua pendekatan ini digunakan untuk menemukan fondasi filosofis perihal wacana agama ekologis dan korelasinya dengan Non-human Turn. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa di level epistemik, subjektivitas manusia krusial dalam penentuan sikap terhadap realitas yang dikonsepsikan. Namun, di level ontologis, ada ruang sisa yang tak terjamah oleh pikiran dan kesadaran manusia yang mengimplikasikan adanya penundaan/ penangguhan moral judgement sehingga tidak bersifat final. Terutama, di dalam konsensus moral, aktor yang terlibat juga mencakup entitas non-human. Konsekuensinya, pemahaman tentang ideal sikap terhadap alam semestinya menggunakan pendekatan fenomenologis yang berfokus pada konsekuensi objektivikasi subjek terhadap dunia di luar dirinya.  


Keywords


Actor-network theory, Agama ekologis, agensi nonhuman, antroposentrisme.

References


Allen, C. D. (2011). On Actor-Network Theory and landscape. Area, 43(3), 274–280.

Bagir, Z. A. (2015). The Importance of Religion and Ecology in Indonesia. Worldviews, 19(2), 99–102. http://www-jstor-org.ezproxy.ugm.ac.id/stable/43809525

Bennett, J. (2010). Vibrant Matter: A Political Ecology of Things. Duke University Press.

Berry, E. (2023). Reviewed Work(s): Religion in the Anthropocene 2017 by Celia Deane-Drummond, Sigurd Bergmann and Markus Vogt. Worldviews, 23(1), 87–89.

Cappelen, Herman, Gendler, T., & Hawthorne, J. P. (2016). The Oxford Handbook of Philosophical Methodology. Oxford University Press.

Colombino, L., & Childs, P. (2022). Narrating the (non)human: ecologies, consciousness and myth. Textual Practice, 36(3), 355–364. https://doi.org/10.1080/0950236X.2022.2030097

Edwards, P. N., & Hecht, G. (2022). The Uncategorizable Bruno Latour (1947–2022). Stanford Department of History School of Humanities and Sciences & The Nation.

Emodi, S., & Hergenrader, M. (2014). Religion and Environmental Worldviews. University of Nebraska-Lincoln.

Forrest Watch Indonesia. (2020). Menelisik Angka Deforestasi Pemerintah. Forrest Watch Indonesia. https://fwi.or.id/menelisik-angka-deforestasi-pemerintah/

Gansmo Jakobsen, T. (2017). Environmental Ethics: Anthropocentrism and Non-anthropocentrism Revised in the Light of Critical Realism. Journal of Critical Realism. https://doi.org/10.1080/14767430.2016.1265878

Grusin, R. (2015). Introduction. In R. Grusin (Ed.), The Nonhuman Turn. University of Minnesota Press.

Indah. (2023). Konferensi Internasional, Menag Sebut Inisiasi Institusi Keagamaan di Indonesia Atasi Perubahan Iklim. Kementerian Agama Republik Indonesia. https://kemenag.go.id/nasional/konferensi-internasional-menag-sebut-inisiasi-institusi-keagamaan-di-indonesia-atasi-perubahan-iklim-hHkw1

Ingold, T. (2015). Foreword. In P. Vannini (Ed.), Non-representational methodologies: Re-envisioning research (pp. vii–x). Routledge.

Latour, B. (1996). On actor-network theory: A few clarifications. Soziale Welt, 47(4), 369–381.

Latour, B. (2005). Reassembling the Social (An Introduction to Actor Network-Theory). Exford University Press.

Mol, A., & Law, J. (1994). Regions, Networks, and Fluids: Anaemia and Social Topology. Social Studies of Science, 24, 641–672.

Oliver, C. (2021). Beyond-human ethics: The animal question in institutional ethical reviews. Area. https://doi.org/10.1111/area.12738

Rucker, R. (2007). Panpsychism Proved. In H. Gee (Ed.), Futures from Nature (p. 250). Macmillan.

Shaviro, S. (2015). Consequences of Panpsychism. In R. Grusin (Ed.), The Nonhuman Turn. University of Minnesota Press.

Skrbina, D. (2005). Panpsychism in the West. MIT Press.

Ulmer, J. B. (2017). Posthumanism as research methodology: inquiry in the Anthropocene. International Journal of Qualitative Studies in Education. https://doi.org/10.1080/09518398.2017.1336806

Watling, T. (2018). Religion in the Anthropocene. Journal of Contemporary Religion, 33(3), 589–591. https://doi.org/10.1080/13537903.2018.1535303




DOI: https://doi.org/10.24071/div.v2i1.7530

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Flag Counter

E-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, Juli 2023) 2988-2311

P-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, Juli 2023) 2988-5434

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.