Inkulturasi dalam Pertunjukan Wayang Wahyu: Katekese Iman Melalui Seni

Stephanus Agus Faisal(1*), Rifqi Wahyudi(2), Edwin Wahyu Dwi Setiawan(3),

(1) 
(2) Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma
(3) Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma
(*) Corresponding Author

Abstract


After the Second Vatican Council, the Church showed an open attitude towards local cultural influences as an integral part of its pastoral mission. In Indonesia, the Church responded to this current by adopting various forms of inculturation that went beyond ritual and worship aspects. Br. L. Timotius Wignyosubroto, FIC, responded to this challenge by developing the concept of Wayang Wahyu as an innovative means of faith catechesis through art. Through the establishment of the Ngajab Rahayu group in Surakarta, Wayang Wahyu became a medium that combines elements of traditional Wayang Kulit art with biblical narratives from the Old and New Testaments, as well as religious figures such as the founder of the Order and saints. In every Wayang Wahyu performance, theological dimensions are manifested, such as the Trinity, Christology, Pneumatology, Ecclesiology, and Anthropology. Wayang Wahyu is not just a performing art, but also a creative instrument to instill Christian values and deepen faith catechesis in the local cultural context.

Abstrak

Pasca Konsili Vatikan II, Gereja menunjukkan sikap terbuka terhadap pengaruh budaya lokal sebagai bagian integral dari misi pastoralnya. Di Indonesia, Gereja merespon arus ini dengan mengadopsi berbagai bentuk inkulturasi yang melampaui aspek ritual dan peribadatan. Br. L. Timotius Wignyosubroto, FIC, merespons tantangan ini dengan mengembangkan konsep Wayang Wahyu sebagai sarana inovatif katekese iman melalui seni. Melalui pendirian kelompok Ngajab Rahayu di Surakarta, Wayang Wahyu menjadi medium yang menggabungkan unsur seni tradisional Wayang Kulit dengan narasi Alkitab dari Perjanjian Lama dan Baru, serta tokoh-tokoh keagamaan seperti pendiri Tarekat dan santo-santa. Dalam setiap pertunjukan Wayang Wahyu, terwujud dimensi-dimensi teologis, seperti Trinitas, Kristologi, Pneumatologi, Eklesiologi, dan Antropologi. Wayang Wahyu bukan hanya sekadar seni pertunjukan, tetapi juga menjadi instrumen kreatif untuk menanamkan nilai-nilai Kristen dan memperdalam katekese iman dalam konteks budaya lokal


Keywords


Inculturation, Culture, Revelation Puppets, Second Vatican Council, Dimension, Catechesis, Faith.

References


Awalin, Rohman Nur. “Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang Dalam Masyarakat,” Jurnal Kebudayaan, Vol.13 (2018).

Bayuningsih, Wilda. Bousouzoku: Sebagai Bentuk Youth Subculture Dalam Masyarakat Jepang. Skripsi, Jakarta, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2009.

Gutama, Thomas Aquinas, “Wayang Wahyu: Hiburan dan Media Pembelajaran”, Jurnal Analisis Sosial (2020):

Kee-Fook, Edmund. Asian Christianity and Theology, Inculturation, Interreligious Dialog Integral Liberation. (Routledge: New York), 2022.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta), 2009.

Martasudjita, Emanuel. Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, Revisi Buku Pengantar Liturgi (Yogyakarta: Kanisius), 2011.

Martasudjita, Emanuel. Teologi Inkulturasi. Yogyakarta: Kanisius, 2021.

Mulyono, Sri. Wayang: Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta: CV Haji Masagung, 1975.

Setyanto, Agustinus Handi. Wayang Katolik: Cara Cerdas Berkatekese (Yogyakarta: Kanisius), 2017.

Stephen, Bevans. FABC Papers 78: Christ, Faith and the Challenge of Cultures, Maret 1997, Hong-Kong, The Federation of Asian Bishops Conference.

Dokumen Gereja:

Dewan Kepausan untuk Promosi Evangelisasi Baru. Petunjuk Untuk Katekese, terj. R.D. Siprianus Sande. Jakarta: Komisi Kateketik Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. 2022

Martasudjita, Gischa, Yohanes Paulus II. Surat Kepada para Artis (Seniman-Seniwati), terj. R. Hardiwiryana, SJ, Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2022

Yohanes Paulus II. Redemptoris Missio. terj. Frans Borgias dan Alfons S. Suhardi, OFM, Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2021.

Sumber Website:

Fransiskus, “Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus pada hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-54,” tersedia darihttps://kas.or.id/pesan-bapa-suci-paus-fransiskus-pada-hari-komunikasi-sosial-sedunia-yang-ke-54-supaya-engkau-dapat-menceritakan-kepada-anak-cucumu-kel-102-hidup-menjadi-cerita/; diakses pada 6 Juni 2023.

Gischa, Serafica. Mengenal Fungsi Seni, diperoleh dari https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/12/150000869/5-fungsi-seni; diakses 6 Juni 2023.

Rachman, Ani. “Jenis Wayang yang Populer di Indonesia,” diperoleh dari https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/10/130000269/jenis-jenis-wayang-yang-populer-di-indonesia?page=all; diakses 3 Juni 2023.

Sulanjari, Bambang. “Wayang Kulit: Dari Sisi Sejarah, Ikonografi, dan lakon, menuju pemahaman komprehensif, ”diperoleh dari https://ikadbudi.uny.ac.id/informasi/wayang-kulit-dari-sisi-sejarah-ikonografi-dan-lakon-menuju-pemahaman-komprehensif; diakses pada 6 Juni 2023.




DOI: https://doi.org/10.24071/div.v2i2.8286

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Flag Counter

E-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, Juli 2023) 2988-2311

P-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, Juli 2023) 2988-5434

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.