Simbolisasi bunga mawar dalam cerita pendek "Siapa Kirim Aku Bunga?" karya Eka Kurniawan: Analisis dekonstruksi

Haekal Pradifa Furqon(1*),

(1) Universitas Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


Tulisan ini memuat pembacaan dekonstruktif atas sebuah karya sastra, yakni cerita pendek “Siapa Kirim Aku Bunga?” karya Eka Kurniawan. Sebagai sebuah kajian kualitatif diberdayakan metodologi filsafat, yaitu dekonstruksi, sebagai langkah metodis. Tujuannya, untuk memecah kebekuan makna oleh pemaknaan tunggal yang diusung oleh ideologi teks “Siapa Kirim Aku Bunga?”, utamanya terkait simbolisasi bunga mawar dan makna lain yang mengikutinya. Secara metodis, analisis berjalan dengan: (1) menentukan pusat teks, (2) inventarisasi oposisi-oposisi biner, (3) membalik hierarki metafisik, serta (4) mendiseminasi makna. Pada hasil pembacaan kritis yang digelar, teridentifikasi “bunga mawar sebagai tanda ungkapan cinta” menjadi pusat teks sekaligus pemaknaan lumrah dan prioritas payung oposisi biner, yang ditopang oleh sederet binaritas, di antaranya: “Eropa/Non Eropa”, “Noni/Gadis lokal”, “Pemerintah Hindia Belanda/Warga masyarakat lokal”, “Sopan/Tidak sopan”, “Pantas/Sembrono”, “Sama/Berbeda”, “Kolonial/Bumiputera”, “Pejabat/Jongos”, “Setelan Eropa/Kebaya Jawa”, “Normal/Aneh”. Ditegaskan bunga dan bunga mawar sebagai suatu undécidable atau ambiguitas, yang darinya lahir pembalikan atas hierarki metafisik pada binaritas yang ada, yang kemudian lewat diseminasi, ketunggalan makna berhasil didobrak. Hasilnya, bunga mawar tidaklah lagi sekadar dimaknai sebagai tanda/ungkapan cinta, melainkan berdasarkan logika internal teks sendiri dapat pula merentangkan signifikasi yang sebelumnya terabaikan, seperti: bunga mawar sebagai representasi rasa subversif dan perlawanan, makna keringnya cinta, atau perwujudan dari realitas pascakolonial seperti mimikri. Pembacaan dekonstruktif yang dilakukan juga berhasil mengangkat eksistensi krusial bunga mawar sebagai aktan atau agen non-manusia lewat pluralitas posibilitas simbolisasi yang dimungkinkannya. Pada akhirnya, melalui analisis atas cerita pendek ini juga berhasil diperlihatkan bagaimana metodologi filsafat seperti dekonstruksi diberdayakan untuk membuka pembacaan kritis atas teks secara lebih luas dan radikal.

Keywords


Bunga mawar; dekonstruksi; hierarki metafisik; binaritas; perlawanan; kolonialisme; mimikri

Full Text:

PDF

References


Al-Fayyadl, M. (2009). Derrida. LKiS.

Aminuddin, A. (2002). Pendekatan pasca-struktural: Jacques Derrida. In K. Budiman. (Ed.). Analisis wacana: Dari linguistik sampai dekonstruksi, pp. 155—198. Kanal.

Bhabha, H. K. (2004). The location of culture. Routledge.

Caputo, J. D. (2021). “Introduction: Specters of Derrida”. In J. D. Caputo. (Ed.), Deconstruction in a nutshell: A conversation with Jacques Derrida, pp. xix—lxx. Fordham University Press.

Cucciniello, L. (2008). Rose to rosary: The flower of Venus in catholicism. In F. Hutton. (Ed.), Rose lore: Essays in cultural history and semiotics, pp. 63—92. Lexington Books.

Derrida, J. (1982). The margin of philosophy [trans. A. Bass]. The Harvester Press.

Derrida, J. (2016). Of Grammatology [40th Anniversary Edition; trans. G. C. Spivak]. Johns Hopkins University Press.

Downes, M. (2019). Found in translation: Eka Kurniawan and the politics of genre. Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, 175(2—3), 177—195. https://doi.org/10.1163/22134379-17502019.

Febrianto, F., & Yoesoef, M. (2023). The discourse of resistance in the short story “Siapa Kirim Aku Bunga?”. Pioneer: Journal of Language and Literature, 15(1), 138—156. https://doi.org/10.36841/pioneer.v15i1.2875.

Gandhi, L. (2019). Postcolonial theory: A critical introduction [second edition]. Columbia University Press.

Haryatmoko, J. (2007, November-December). Derrida yang membuat resah rezim dogmatis dan kepastian. Basis, Tahun ke 56(11-12), pp. 4—15.

Haryatmoko, J. (2017). Critical Discourse Analysis [Analisis Wacana Kritis]: Landasan Teori, Metodologi dan Penerapan. Rajawali Press.

Hoed, B. H. (2014). Semiotik & Dinamika Sosial Budaya [Edisi ketiga: Penyempurnaan redaksional, pengembangan bab dan penambahan bab baru]. Komunitas Bambu.

Hutton, F. (2008). Introduction. In F. Hutton. (Ed.), Rose lore: Essays in cultural history and semiotics, pp. 1—8. Lexington Books.

Ingram, J. (1887). The language of flowers; or, flora symbolica; including poetry, original and selected. Frederick Warne and Co..

Kurniawan, E. (2005). Siapa kirim aku bunga?. In E. Kurniawan. Gelak sedih dan cerita-cerita lainnya, pp. 161—174. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, E. (2010, September 3). 10 tahun “Corat-coret di Toilet”. Eka Kurniawan: Arsip Jurnal & Esai (2001—2019). https://coratcoretditoilet.wordpress.com/2010/09/03/10-tahun-corat-coret-di-toilet/.

Kurniawan, E. (2014a). Siapa kirim aku bunga?. In E. Kurniawan, Corat-coret di toilet dan cerita-cerita lainnya, pp. 67—76. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, E. (2014b, March 7). Corat-coret di Toilet dan hal-hal lain tentang cerpen”. Eka Kurniawan: Arsip Jurnal & Esai (2001—2019). https://coratcoretditoilet.wordpress.com/2014/03/07/corat-coret-di-toilet-dan-hal-hal-lain-tentang-cerpen-2/.

Lehner, E., & Lehner, J. (1960). Folklore and symbolism of flowers, plants and trees. Tudor Publishing Company.

Miftahuddin, I. (2018, August 2). Corat-coret di Toilet: Setelah reformasi tidak ada lagi. Buruan.co. https://www.buruan.co/corat-coret-di-toilet-setelah-reformasi-tidak-ada-lagi/.

Respati, A. R. (2018). Dekonstruksi cerpen pilihan Kompas tahun 2013 “Klub Solidaritas Suami Hilang”: Perspektif Jacques Derrida. Sintesis, 12(1), 49—56. https://doi.org/10.24071/sin.v12i1.1741

Ricoeur, P. (2000a). Existence and hermeneutics [trans. K. McLaughlin]. In P. Ricoeur. The conflict of interpretations: Essays in hermeneutics [Ed. Don Ihde], pp. 3—24. The Athlone Press.

Ricoeur, P. (2000b). The hermeneutics of symbols and philosophical reflections: I [trans. D. Savage]. In P. Ricoeur. The conflict of interpretations: Essays in hermeneutics [Ed. Don Ihde], pp. 287—314. The Athlone Press.

Royle, N. (2003). Jacques Derrida. Routledge.

Said, E. W. (1979). Orientalism. Vintage Books.

Said, E. W. (1997). Covering Islam: How the media and the experts determine how we see the rest of the world [Revised edition]. Vintage Books.

Sandbank, S. (1997). The sign of the rose: Vaughan, Rilke, Celan. Comparative Literature, 49(3), 49—56. https://doi.org/10.2307/1771275

Spivak, G. C. (1994). Can the subaltern speak?. In P. Williams & L. Chrisman. (Eds.), Colonial and post-colonial theory, pp. 66—111. Routledge.

Tan Malaka. (2015). Tan Malaka’s “Naar de ‘Republiek Indonesia’”: A translation and commentary [trans. G. C. Gunn]. Badak Merah Semesta.

Titscher, S., et.al.. (2000). Methods of text and discourse analysis [trans. B. Jenner]. SAGE Publications.

Yuping, D. (2020). The symbolic meanings of roses in Shakespeare’s sonnets. Sino-US English Teaching, 17(8), 239—247. https://doi.org/10.17265/1539-8072/2020.08.003

Zhao, Y. (2018, January). Symbolism in A Rose for Emily. In 2018 International Conference on Education Technology and Social Science. ETSOC 2018 (China), Guangzhou (pp. 80—83). Francis Academic Press.




DOI: https://doi.org/10.24071/sin.v18i1.8009

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Haekal Pradifa Furqon

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
Sintesis by https://e-journal.usd.ac.id/index.php/sintesis is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Sintesis

View My Stats Sintesis