Pandangan Jürgen Habermas Tentang Iman dan Akal Budi dan Implikasinya bagi Diskursus Seputar Peran Publik Agama di Indonesia

Otto Gusti Madung, SVD(1*),

(1) Institute Filsafat dan Teknologi Kretif Ledalero
(*) Corresponding Author

Abstract


This essay describes the most important aspects of the relationship between religion and the state, especially in the case of Indonesia. It argues that, on the one hand, religion and belonging to one’s religion should be acknowledged as a fundamental human right, and on the other, religion should also be protected by the state. Unfortunately, most of the time the state seems to prioritise religion over the people. As a result, minority groups may experience marginalisation, violence, and discrimination. In this regard, I will show that Habermas' view of the relation between reason and faith offers a cogent framework for structuring Indonesia's normative interaction between politics and religion. This paper makes the case that the state's function in the Indonesian pluralistic society is to ensure religious freedom rather than to defend religion. Habermas holds that religion in has a substantial role in the public sphere even in a secular society. On the other hand, religions in a pluralistic society must also learn to reconcile disparities of their core ethical and metaphysical ideas. As a result, religions living in Indonesia may contribute to uphold democracy, human rights, equality, and freedom.

Abstrak

Tulisan ini menjelaskan aspek-aspek terpenting dalam hubungan antara agama dan negara, khususnya di Indonesia. Saya berpendapat bahwa, di satu sisi, memeluk sebuah agama harus diakui sebagai hak asasi manusia, dan di sisi lain, agama juga harus dilindungi oleh negara. Sayangnya, seringkali negara tampaknya lebih memprioritaskan agama daripada manusia. Akibatnya, kelompok minoritas dapat mengalami marjinalisasi, kekerasan, dan diskriminasi. Dalam hal ini, saya akan menunjukkan bahwa pandangan Habermas tentang hubungan antara akal budi dan iman menawarkan kerangka kerja yang masuk akal untuk menata interaksi normatif antara politik dan agama di Indonesia. Fungsi negara dalam masyarakat Indonesia yang majemuk adalah untuk menjamin kebebasan beragama, bukan untuk membela agama. Habermas juga berpendapat bahwa agama memiliki peran penting dalam ruang publik bahkan dalam masyarakat sekuler. Di sisi lain, agama-agama dalam masyarakat majemuk juga harus belajar untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan dalam gagasan-gagasan inti etika dan metafisika mereka. Dengan demikian, agama-agama yang hidup di Indonesia dapat berkontribusi dalam menegakkan demokrasi, hak asasi manusia, kesetaraan, dan kebebasan.


Keywords


Faith and Reason; Religion and State; Religion and Public Sphere; Pancasila; Pluralism; Secularism; Iman dan Rasio; Agama dan Negara; Agama dan Ruang Publik; Pluralisme; Sekularisme

References


Casanova, Jose. “Chancen und Gefahren öffentlicher Religion” dalam Das Europa der Religionen. Ein Kontinent zwischen Sakularisierung und Fundamentalismus diedit oleh Otto Kallscheuer, 181-210, 191. Frankfurt a.M.: Fischer, 1996.

Grubber, Franz dan Markus Knapp (Eds.), Wisen und Glauben: Theologische Reaktionen auf das Werk von Jürgen Habermas “Auch eine Geschichte der Philosophie,“ Freiburg im Breisgau: Herder Verlag, 2021.

Habermas, Jürgen. Zwischen Naturalismus und Religion: Philosophische Aufsatze. Frankfurt a.M.: Suhrkamp, 2005.

Habermas, Jürgen. “Ein Bewußtsein von dem, was fehlt.” dalam Ein Bewußtsein von dem, was fehlt. Eine Diskussion mit Jürgen Habermas diedit oleh Michael Reder dan Josef Schmidt, 26-36. Frankfurt a.M.: Suhrkamp 2008.

Habermas, Jürgen. Auch eine Geschichte der Philosophie, vol. 1, Die okzidentale Konstellation von Glauben und Wissen. Suhrkamp Verlag: Berlin, 2019.

Habermas, Jürgen. Auch eine Geschichte der Philosophie, vol. 2, Vernunftige Freiheit: Spuren des Diskurses uber Glauben und Wissen. Suhrkamp Verlag: Berlin, 2019.

Madung, Otto Gusti Ndegong & Winibaldus Stefanus Mere. “Constructing Modern Indonesia Based on Pancasila in Dialogue with the Political Concepts Underlying the Idea of Human Rights.” Journal of Southeast Asian Human Rights, 5 no. 1 (2021): 1-24. https://doi.org/10.19184/jseahr.v5i1.20258

Madung, Otto Gusti Ndegong, and Adrianus Yohanes Mai. “Populism, Radical Democracy, and the Indonesian Process of Democratization.” Politika: Jurnal Ilmu Politik 13, no.1 (2022): 131-148. https://doi.org/10.14710/politika.13.1.2022.131-148

Rawls, John. Politischer Liberalismus. Frankfurt a.M.: Suhrkamp 2003.

Rawls, John. “Nochmals: Die Idee der offentlichen Vernunft.” dalam Das Recht der Völker: Enthält: "Nochmals: Die Idee der öffentlichen Vernunft". 165-175. Berlin, Boston: De Gruyter, 2002.

Rorty, Richard. Philosophy and Social Hope. London: Penguin, 1999.

Wolterstorff, Nicholas. “Audi on Religion, Politics, and Liberal Democracy.” dalam Religion in the Public Square. The Place of Religious Convictions in Political Debate diedit oleh Nicholas Wolterstorff dan Robert Audi, 145-165. Lanham, Md., u.a.: Rowman Sc Littlefield, 1997.




DOI: https://doi.org/10.24071/snf.v2i1.8487

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

     

E-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, September 2023) 3047-0714

P-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, September 2023) 3047-1451

Kaliurang St No.KM, RW.7, Joho, Condongcatur, Depok, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55281, Indonesia

Flag Counter

Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology is licensed under CC BY-SA 4.0