Tanah Adalah “Rahim” Perempuan Papua

Stefanus Mahuze(1*),

(1) Mahasiswa Program Magister Filsafat Keilahian Universitas Sanata Dharma
(*) Corresponding Author

Abstract


Abstract
Papua experienced turmoil almost every year and often becomes an interesting subject for public discourse. However, Papuans are powerless when it comes to determining their own future. For sixty years (1962-2022), Papuans have to survive amidst the smell of bloodshed and the sounds of gunshots, demonstrations, lamentations, and other commotions that hinder human development. These have invited various parties to gather and think for solutions for peace. Despite this, the ideology of “NKRI Harga Mati” (Non-negotiable Sovereignty of the Unitary State of the Republic of Indonesia) has gained more popularity than the humane concept of Pancasila. The conflict driven by populist ideology has created scars in the history of the indigenous people of Papua, especially for Papuan women. The 117 years (1905-2022) of the Gospel preached in Papua has not been sufficient to liberate the Papuans. The patriarchy that preaches justice and humanity is likened to a fashion show for false generosity. They cry out for justice and yet they oppress Papuan women. This experience calls for a theological reflection from the lives of Papuan women. In using Delores S. William’s womanist theological framework, the author will discover how God speaks in the history of Papuan women and how God acts through their being.


Abstraksi
Papua selalu mengalami gejolak hampir enam puluh tahun (1962-2022), di mana orang Papua harus bertahan hidup di tengah bau pertumpahan darah dan suara tembakan, demonstrasi, ratapan, dan keributan lainnya yang menghambat pembangunan manusia. Situasi ini tidak pernah diselesaikan dengan cara yang benar tetapi melalui pendekatan yang justru menimbulkan masalah baru seperti penggundulan hutan yang berujung pada tindakan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan Papua. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya patriarki mendominasi penyelesaian konflik di Papua. Mereka selalu mengkhotbahkan keadilan dan kemanusiaan disamakan dengan “pertunjukan busana” untuk kedermawanan palsu. Pengalaman ini membutuhkan refleksi teologis baru dari kehidupan perempuan Papua dengan menggunakan perspektif Delores S. Williams tentang teologi kewanitaan. Dari kerangka teologis Williams, kita akan menemukan bagaimana Tuhan berbicara dalam sejarah perempuan Papua dan bagaimana Tuhan bertindak melalui keberadaan mereka.


Keywords


History, Papuan, Woman, Reflection, Womanis

References


____. “Abolitionism” dalam Encyclopedia Britannica, tersedia dari: https://www.britannica.com/topic/abolitionism-European-and-American-social-movement; diakses pada 03 Maret 2022.

Abraham, Kochurani. “Crucified Christ, Crucified Women: Decoding the Enigma of Crucifixion,” Jeevadhara vol. XL, no. 237 (Mei: 2010): 175-194.

Amindoni, Ayomi dan Henschke, Rebecca. “Papua: Investigasi ungkap perusahaan Korsel 'sengaja' membakar lahan untuk perluasan lahan sawit” (November 2020), tersedia dari: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54720759; diakses pada 10 Desember 2020.

Amindoni, Ayomi. “Pengungsi Nduga, Papua: Perempuan yang bertaruh nyawa melahirkan anak di tengah konflik senjata” (Agustus 2019), tersedia dari: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49233527; diakses pada 26 Desember 2021.

Baal, J. Van. Dema: Description and Analysis of Malind Anim Culture. The Hague-Martinus Nijhoff, 1966.

Boelaars, J. Manusia Irian. Jakarta: Gramedia, 1986.

____. Kepribadian Indonesia Modern. Jakarta: Gramedia, 1984.

Elisabeth, Adriana., Pamungkas, Cahyo., S. Widjojo, Muridan., Rucianawati dan Blegur, Sinnal. Agenda Potensi Damai di Papua. Jakarta: LIPI Press, 2005.

Erwas, Mutanza. “Satu Abad Perubahan Sakralitas Alam Malind Anim”, Jurnal Sosiologi Reflektif 8, no. 1, (Oktober, 2013): 186.

Ezebio Dumatubun, Agapitus dan Suwandi, “Cultural Development Model Pakas Anim Leadership System Inside A Concept of Village Development Malind Anim People in Merauke”, International Jurnal of Sciences: Basic and Applied Research 29, no.1 (2016): 293.

Frymer-Kensky, Tivka. Reading The Women of The Bible. New York: Schocken Books, 2002.

Human Rights and Peace for Papua (ICP), Genosida Yang Diabaikan. Hongkong: Asian Human Rights Pubsliher, 2013.

Joyce, E. J. “Holy Innocents”, dalam New Catholic Encyclopedia 7 (New York: Gale, 2003), 484.

Jubi, “Paniai berdarah: pelanggaran HAM berat pertama rezim Jokowi yang terancam impunitas” (Juni 2020), tersedia dari: https://jubi.co.id/paniai-berdarah-pelanggaran-ham-berat-pertama-rezim-jokowi-yang-terancam-impunitas/, diakses pada 10 Desember 2020.

Junus Aditjondro, George. Cahaya Bintang Kejora. Jakarta: ELSHAM, 2000.

Laporan Tim Kemanusiaan untuk Kasus Kekerasan Terhadap Tokoh Agama di Intan Jaya, Duka dari Hitadipa (Intan Jaya: t.p., [2020]), tersedia dari https://jubi.co.id/wp-content/uploads/2020/12/Duka-dari-Hitadipa.pdf; diakses 10 Desember 2020.

Laughinghouse, Candace. Womanist Theology a Summary, (2020), tersedia dari: https://www.movement.org.uk/resources/womanist-theology-101; diaskes pada 05 Maret 2021.

Prabowo, Haris. “Nestapa Nduga Selama 2019: 37.000 Orang Mengungsi, 241 Orang Tewas” (Desember 2019), tersedia dari: https://tirto.id/epPx; diakses pada 10 Desember 2020.

Purnomo, Albertus. Dari Hawa sampai Miryam. Yogyakarta: Kanisius, 2019.

Pusat Informasi dan Humas (PINMAS) Kementrian Agama RI, “Presiden Rayakan Natal di Papua” (Desember 2014), tersedia dari: https://kemenag.go.id/read/presiden-rayakan-natal-nasional-di-papua-rer1d; diakses pada 10 Desember 2020.

Setiawan, Riyan. “Pelanggaran HAM Berat Pertama Rezim Jokowi: Tragedi Paniai Papua” (Februari 2020), tersedia dari: https://tirto.id/pelanggaran-ham-berat-pertama-rezim-jokowi-tragedi-paniai-papua-ezmw; diakses pada 10 Desember 2020.

Sims, Angela D. “Delores Seneva Williams”, dalam The Westminster handbook to Women in American Religious History, ed. Susan Hill Lindley dan Eleanor J. Stebner (Louisville: Westminster John Knox Press, 2008), 236.

Sudarwati dan Jupriono, D. “Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik,” Jurnal FSU in the Limelight 5, no. 1, (1997) [jurnal online]; tersedia dari https://www.angelfire.com/journal/fsulimelight/betina.html; diakses pada 22 Januari 2022.

Syukur Dister, Nico. Teologi Sistematika 2. Yogyakarta: Kanisius, 2014.

Tebay, Neles. “Agama-agama Asli Papua,” dalam Spiritualitas Dialog, ed. A. Eddy Kristiyanto (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 27.

Tebay, Neles. Dialog Jakarta-Papua. Jayapura: SKP Keuskupan Jayapura, 2009.

Walker, Alice. In Search of Our Mother’s Gardens: womanist prose. New York: Open Road, 1983.

Williams, Delores S. Sisters in The Wilderness. Maryknol, New York: Orbis Books, 1994.

Williams, Reggie. review atas “Sisters in the Wilderness”, oleh Delores S. Williams, (Juni 2009), tersedia dari: https://ronsanders.wordpress.com/2009/07/10/sisters-in-the-wilderness-by-delores-williams/; diakses pada 06 Maret 2022.




DOI: https://doi.org/10.24071/jt.v11i01.4595

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 Indexed and abstracted in:

P-ISSN: 2302 - 5476 (Validity starting Volume 2012-10-05) 

E-ISSN: 2579 - 3934 (Validity starting Volume 6, No. 1, Mei 2017)

Jurnal Teologi (Journal of Theology) by Faculty of Theology Sanata Dharma University 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.