Imanensi Kepahlawanan: Wacana Heroisme dalam Sinema Indonesia (Kajian Naratif Film “Turah” dan “Siti” Produksi Fourcolours Films)

Michael Edward Metekohy(1*),

(1) Magister Ilmu Religi dan Budaya Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


Selama satu dekade belakangan, bioskop Indonesia dikuasai oleh film-film superhero. Namun, jika mundur satu dekade lagi, sejak pertengahan 2000an muncul film-film biopik tokoh-tokoh pahlawan nasional. Umumnya film-film tersebut hanya menuturkan ulang narasi-narasi mapan yang selama ini sudah dalam teks kanon sejarah. Kepahlawanan sebagaimana digambarkan dalam film-film biopik tersebut, selalu mengambil sudut pandang sang pahlawan serta bermacam privilese yang menaunginya. Fenomena tersebut membuka satu wilayah baru yang belum dijamah, bagaimana kepahlawanan dapat ditemukan dalam film yang tokoh-tokohnya tidak memiliki privilese dan dukungan kanon sejarah.

Berangkat dari semangat mengubah sudut pandang tersebut, maka penelitian ini berusaha mencari konsep kepahlawanan pada film-film yang menampilkan orang-orang biasa, dengan rintangan-rintangan yang lumrah ditemui dalam keseharian mereka. Turah dan Siti merupakan film yang dirilis ketika bioskop Indonesia sedang dibanjiri film biopik tokoh sejarah dan superhero komik Amerika. Karena objek penelitian merupakan teks film, maka metode yang dipakai adalah metode kajian film. Analisis terhadap film akan menggunakan analisis naratologi Barthes sebagai kerangkanya. Analisis naratologi Barthesian tersebut membutuhkan pengelompokan tiga level pemaknaan, yaitu level Fungsi, Tindakan, dan Narasi. Hasil analisis dan pembagian level pemaknaan tersebut kemudian akan dibandingkan dengan konsep kepahlawanan terdahulu, konteks sosio-historis, konteks riil setting film, dan hasil wawancara responsden yang sudah menonton film Turah dan Siti.

Dari analisis naratologi yang dilakukan atas kedua film, ditemukan bahwa karakter-karakter yang menonjol memiliki kualitas-kualitas tindakan yang memenuhi syarat kepahlawanan, sebagaimana yang ditawarkan oleh Campbell dan para peneliti lainnya. Ketika hasil analisis teks dan teoretis dihadapkan dengan respons yang didapatkan dari penonton, ternyata tidak sepenuhnya sesuai. Timbul keragaman respons dari penonton atas para tokoh mengenai tindakan dan bagaimana responsden ternyata memiliki konsepsi yang subjektif mengenai kepahlawanan. Hal ini menunjukkan bahwa kepahlawanan, di satu sisi bersifat struktural, jika melihat pada sejarah dan politik Indonesia. Namun, dalam skala yang lebih kecil dan personal, kepahlawanan justru muncul dari tindakan-tindakan yang sederhana dan dapat ditemui dalam keseharian, seperti melawan kesewenangan tuan tanah atau sekedar berupaya menghidupi keluarga.




DOI: https://doi.org/10.24071/ret.v9i1.4567

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Michael Edward Metekohy

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Retorik: Jurnal Ilmu Humaniora is published by the Graduate Program in Cultural Studies at Sanata Dharma University, Yogyakarta, Indonesia.

Retorik is also available in print edition. Please click here for contact information.