PERANAN SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI MASA PDRI 1948-1949
(1) Universitas Negeri Semarang
(*) Corresponding Author
Abstract
ABSTRAK
Pihak Belanda diwakili oleh Dr.L.J.Beel menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Perjanjian Renville. Sehingga melakukan Agresi Militer II (operasi gagak) ini terjadi pada 19 Desember 1948 pukul 05.30 dengan melakukan penyerangan terhadap ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia di Yogyakarta saat itu. Maka penulisan artikel jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis empat permasalahan pokok yaitu : (1) Latar Belakang Berdirinya PDRI; (2) PDRI: Antara Mandat dan Kecerdasan Syafruddin Prawiranegara; (3) Perjalanan Singkat PDRI; dan (4)Akhir dari PDRI. Pendekatan dalam penulisan menggunakan cara deskriptif analitis sumber, verifikasi (kritik sumber), interpretasi dan penulisan sejarah. Hasil dari penulisan ini menunjukkan bahwa (1) Latar belakang PDRI atas dasar menyelamatkan dan mempertahankan proklamasi yang telah diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia. (2) PDRI : antara mandat dan kecerdasan Syafruddin Prawiranegara mesti bergerilya dituntut memiliki mobilitas yang tinggi dengan berpindah-pindah kedudukannya dalam menghindari serangan lawan sehingga pengambilan keputusan mesti cepat dan tepat. (3) Perjalanan singkat PDRI yang krusial ini menarik simpati dunia luar sehingga dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi pada 28 Januari 1949. (4) Akhir dari PDRI ditandai Perjanjian Roem-Roijen kemudian pada penyerahan mandat dari PDRI ke Moh.Hatta pada tanggal 14 Juli 1949.
Kata Kunci: Syafruddin Prawiranegara, Gerilya, Eksistensi Indonesia
ABSTRACT
The Dutch side Dr.LJBeel stated that the Netherlands was no longer bound by the Renville Agreement. So that the second military aggression (operation crow) occurred on December 19, 1948 at 05.30 by attacking the capital city of the Unitary State of the Republic of Indonesia in Yogyakarta at that time. So the writing of this journal article aims to describe and analyze four main problems, namely: (1) Background to the Establishment of PDRI; (2) PDRI: The Mandate and Intelligence of Syafruddin Prawiranegara; (3) PDRI Short Trip; and (4) End of PDRI. The approach in writing uses descriptive analytical sources, verification (source criticism), interpretation and historical writing. The results of this paper indicate that (1) The background of the PDRI on the basis of saving and defending the proclamation that has been fought for by the entire Indonesian nation. (2) PDRI: between the mandate and intelligence of Syafruddin Prawiranegara, guerrillas are required to have high mobility by moving from position to position in avoiding opponent attacks so that decision making must be fast and precise. (3) This crucial short trip of PDRI attracted the sympathy of the outside world so that the UN security council issued a resolution on January 28, 1949. (4) The end of PDRI was marked by the Roem-Roijen Agreement and then the handing over of the mandate from PDRI to Moh.Hatta on July 14, 1949.
Keywords: Syafruddin Prawiranegara, Guerrilla, Indonesian Existence
Full Text:
PDFReferences
Djaja, Wahjudi. 2008. PDRI. Klaten: Cempaka Putih.
Irawan. 2008. Sejarah Diplomasi Indonesia. Klaten: Cempaka Putih.
Meri, Destel. 2021. “Mengapa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia Di Bukittinggi (Sumatera Barat).” Jurnal Edukasi 1(1):38–45.
Rosidi, Ajip. 2011. Sjafruddin Prawiranegara Lebih Takut Kepada Allah SWT. Bandung: Pustaka Jaya.
Utami, Septianti Ria. 2018. Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945-1949. Kalimantan Barat: CV.Derwati.
DOI: https://doi.org/10.24071/hv.v2i2.5248
Refbacks
- There are currently no refbacks.