PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA SEBAGAI REPRESENTASI RELASI KEKUASAAN

Praptomo Baryadi Isodarus

Abstract


Tingkat tutur dalam bahasa Jawa yang pada masa sekarang lebih menonjol digunakan sebagai sarana sopan santun berbahasa, jika diteliti sejarah awal perkembangannya, sebenarnya dimanfaatkan untuk merepresentasikan relasi kekuasaan. Artikel ini menyajikan hasil kajian tentang penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa sebagai representasi relasi kekuasaan. Ada dua hal yang diteliti, yaitu aspek kebahasaan yang membentuk tingkat tutur dalam bahasa Jawa dan penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa untuk merepresentasikan relasi kekuasaan. Untuk menjelaskan dua hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis). Selain itu, penelitian ini juga dilaksanakan dengan menerapkan metode observasi untuk pengumpulan data, metode distribusional dan metode padan pragmatis untuk analisis data, serta metode informal dan metode formal untuk penyajian hasil analisis data. Ada dua temuan dari penelitian ini. Pertama, yang pokok dari tingkat tutur dalam bahasa Jawa adalah ngoko dan krama. Tingkat tutur ngoko dan krama dibedakan dari kosa katanya sehingga ada kosa kata ngoko dan ada kosa kata krama. Dalam penggunaannya, tingkat tutur menimbulkan berbagai variasi, yaitu ngoko lugu, antya-basa, basa-antya, wredha krama, kramantara, mudha krama madya krama, madyantara, dan madya ngoko. Temuan kedua adalah penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa merepresentasikan relasi kekuasaan penutur dengan mitra tutur. Pada mulanya, pengembangan tingkat tutur memperkuat kedudukan dinasti Mataram sebagai supremasi kekuasaan di Jawa. Pada perkembangan selanjutnya, selain sebagai wujud sopan santun berbahasa, tingkat tutur ngoko dan krama digunakan untuk merepresentasikan relasi kekuasaan personal, yaitu antara penutur dengan mitra tutur. Tuturan ngoko digunakan dalam komunikasi menurun, yaitu komunikasi penutur yang berstatus lebih tinggi kepada mitra tutur yang lebih rendah. Tuturan krama dipakai dalam komunikasi menaik, yaitu komunikasi antara penutur yang berstatus sosial lebih rendah kepada mitra tutur yang berstatus lebih tinggi.


Keywords


tingkat tutur; analisis wacana kritis; kekuasaan; bahasa Jawa

Full Text:

PDF

References


Anderson, Benedict R.OG. 1990. Langauge and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia. Ithaca and London: Cornell University Press.

Baryadi, I. Praptomo. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Driyarkara, N. 1980. Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Failough, Norman. 1995. Language and Power. London and New York: Longman Group UK Limited.

Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Cetakan Ke-3. Diterjemahkan oleh Aswab Mahasin. Jakarta: Pustaka Jaya.

Harjawiyana, Haryana dan Th. Supriya. 2001. Kamus Unggah-Ungguh Basa Jawa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Moedjanto, G. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Peirce, Charles. 1985. Logic as Semiotic: The Theory of Signs. Dalam Robert E. Innis (ed.). Semiotics: An Itroductory Anthology. Bloomington: Indiana University Press.Hlm. 1-23.

Poedjosoedarmo, Soepomo. 1979. Tingkat Tutur dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sasongko, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 1994. Tingkat Tutur Bahasa Jawa Berdasarkan Leksikon Pembentuknya. Surabaya: Penerbit Yayasan Djojo Bojo.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Data: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Suwadji. 2013. Ngoko lan Krama. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Titscher, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Diterjemahkan oleh Gazali dkk. dari judul asli Methods of Text and Disourse Analysis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Wareing, Shan. 2007. Apa Bahasa Itu dan Apa Peranannya?. Dalam Linda Thomas dan Shan Wreing (Ed.). Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Diterjemahkan oleh Sunoto dkk. dari Language, Society, and Power. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Halaman 1-26.

Wodak, Ruth. 1996. Disorders of Discourse. Singapore: Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd.




DOI: https://doi.org/10.24071/sin.v14i1.2550

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Praptomo Baryadi Isodarus

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
Sintesis by https://e-journal.usd.ac.id/index.php/sintesis is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Sintesis

View My Stats Sintesis