Kesenian Gamat Di dalam Masyarakat Bengkulu

Leo Agung Tyas Prasaja, Paolo Rigo Wilhelmus Simbolon, Fransiskus Frendy Styawan

Abstract


This research is motivated by the habit of Bengkulu people who use Gamat art on several important events such as marriage and other traditional ritual events. The purpose of this research is to describe Gamat art in Bengkulu society. The methods used in collecting data for this research are literature study and questionnaires. There are 3 important questions that become the instrument of this research, namely: What is Gamat art? How is Gamat art present and recognized in the lives of Bengkulu people? What is the function and meaning of Gamat art for the people in Bengkulu? The results of the study show that Gamat art is a performing art that combines a combination of vocal and instrumental music typical of Melayu, which is known, present and united in traditional ceremonies and annual rituals of the Bengkulu community. In addition, it was found that Gamat art has functions and meanings for the people of Bengkulu, including: means of entertainment, communication and integration or unification.

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebiasaan masyarakat Bengkulu yang menggunakan kesenian Gamat pada beberapa peristiwa penting misalnya perkawinan dan acara ritual tradisional lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesenian Gamat dalam masyarakat Bengkulu. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data-data penelitian ini adalah studi pustaka dan kuesioner. Adapun 3 pertanyaan penting yang menjadi instrumen penelitian ini, yaitu: Apa itu kesenian Gamat? Bagaimana kesenian Gamat hadir dan dikenal dalam kehidupan masyarakat Bengkulu? Apa fungsi dan makna kesenian Gamat bagi masyarakat Bengkulu? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesenian Gamat merupakan seni pertunjukkan yang memadukan seni musik gabungan dari seni vokal dan instrumental khas Melayu, yang dikenal, hadir dan menyatukan dalam upacara adat dan ritual tahunan masyarakat Bengkulu. Selain itu, ditemukan bahwa kesenian Gamat memiliki fungsi dan makna bagi masyarakat Bengkulu, antara lain sebagai: sarana hiburan, komunikasi dan integrasi atau pemersatu.


Keywords


Gamat art, Bengkulu, entertainment, communication, integration.

References


Books

Rois Leonard Arios, dkk, Bunga Rampai - Masyarakat di Provinsi Sumatera Barat,

Bengkulu dan Sumatera Selatan (Sumatra Barat: Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, 2017).

Journal articles:

Dwi Aji Budiman, “Tabot, Sakralitas Dalam Komodifikasi Pariwisata,” Kaganga 3, No. 2 (2019).

Endang Rochmiatun, “Tradisi Tabot Pada Bulan Muharram Di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi,” Tamaddun 14, No. 2 (2023).

Hendrizal, "Studi Analisis: Nilai-nilai Estetika Lokal dalam Musik Gamat," Ekspresi Seni 15, No. 1 (2013).

Jimmy Ferdian, dkk, "Eksistensi Kelompok Musik Gamat Mandayu Sanggar Seni Pelangi Ranah Minang di Kota Padang," Jurnal Sendratasik 7, No. 1 (2018).

Martarosa dkk. “Apropriasi Musikal dalam Budaya Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat,” Resital 17, No. 1 (2016).

Murniati, “Dekonstruksi Estetika dan Makna Musik Gamat di Sawahlunto, Sumatera Barat”, Resital 16, No. 1, (2015).

Person Pesona Renta, “Tabot Upacara Tradisi Masyarakat Pesisir Bengkulu,” Sabda 6, No. 1 (2011): 48.

Samsudin. “Nilai Islam dalam Ritus Kehidupan Orang Melayu di Kota Bengkulu,” Syair 16, No. 2, (2016).

Thesis

Komang Swasta, Skripsi: “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harmonisasi Perdamaian Antar Etnis” (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2018).

Lucyta Dwi Fitriani, Skripsi: “Eksplorasi Etnomatematika Tarian dalam Bimbang Gedang pada Masyarakat di Kota Bengkulu” (Bengkulu: Universitas Islam Negeri Fatmawati Soekarno, 2021).

Bibliography

Arios, Rois Leonard dkk. Bunga Rampai - Masyarakat di Provinsi Sumatera Barat,

Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sumatra Barat: Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, 2017.

Budiman, Dwi Aji. “Tabot, Sakralitas Dalam Komodifikasi Pariwisata,” Kaganga 3, no. 2 (2019).

Ferdian, Jimmy, dkk. "Eksistensi Kelompok Musik Gamat Mandayu Sanggar Seni Pelangi Ranah Minang

di Kota Padang," Jurnal Sendratasik 7, No. 1 (2018).

Hendrizal. "Studi Analisis: Nilai-nilai Estetika Lokal dalam Musik Gamat," Ekspresi Seni 15, No. 1

(2013).

Martarosa dkk. “Apropriasi Musikal dalam Budaya Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat,” Resital

, no. 1 (2016).

Murniati, “Dekonstruksi Estetika dan Makna Musik Gamat di Sawahlunto, Sumatera Barat”, Resital 16, no. 1, (2015).

Renta, Person Pesona . “Tabot Upacara Tradisi Masyarakat Pesisir Bengkulu,” Sabda 6, no. 1 (2011): 48.

Lucyta Dwi Fitriani. Skripsi: “Eksplorasi Etnomatematika Tarian dalam Bimbang Gedang pada Masyarakat di Kota Bengkulu” (Bengkulu: Universitas Islam Negeri Fatmawati Soekarno, 2021).

Rochmiatun, Endang. “Tradisi Tabot Pada Bulan Muharram Di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi,” Tamaddun 14, no. 2 (2023).

Samsudin. “Nilai Islam dalam Ritus Kehidupan Orang Melayu di Kota Bengkulu,” Syair 16, no. 2,

(2016).

Swasta, Komang. Skripsi: “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harmonisasi Perdamaian Antar Etnis” (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2018).

Internet Sources:

M. Thaib, St. Pamoentjak, 1935. Kamoes Bahasa Minangkabau – Bahasa Melayoe Riau. Departemen Van

Onderwijs En Eredienst, Batavia, diakses dari https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20188018-332.%20Kamus%20Bahasa%20Minangkabau%20Melayu%20Riau.pdf, pada 27 September 2023.

“Gamad,” Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, diakses 28 September 2023, https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=2641.




DOI: https://doi.org/10.24071/snf.v2i2.8516

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

    

E-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, September 2023) 3047-0714

P-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, September 2023) 3047-1451

Kaliurang St No.KM, RW.7, Joho, Condongcatur, Depok, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55281, Indonesia

Flag Counter

Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology is licensed under CC BY-SA 4.0