Kristologi dalam Pluralisme Religius

J.B. Banawiratma(1*),

(1) Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma yogyakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


Bagaimana menghayati pokok iman kristiani dan bagaimana kata-kata Yesus Kristus "yang memimpin kita dalam iman", sehingga iman kristiani mempunyai arti real di antara agama-agama lain, dalam hidup orang yang tidak pernah akan menjadi kristiani?

Karangan ini berpangkal pada dua karangan teologi mutakhir yang monumental mengenai YesusKristus dan arti iman kristiani dalam pluralisme agama, yakni karangan Jacques Dupuis, Toward a Christian Theology of Religious Pluralism (1997), dan karangan Roger Haighf, Jesus Symbol of God (1999). J. Dupuis menerima pluralisme agama-agama; artinya: agama-agama lain tidak dapat direduksikan menjadi benih-benih atau batu loncatan saja untuk menerima Yesus Kristus. R. Haight lebih menempatkan diri pada posisi pluralis dan mempertanyakan bagaimana kistologi mesti memandangKristus konstitutif dalam iman kita. Bagi komunitas kristiani, Yesus merupakan norma negatif, artinya: tak mungkin orang kistiani mengimani yang bertentangan dengan Yesus; dan secara positif: Yesus berfungsi heuristik, yakni membuka imajinasi kristiani dan membimbing orang beriman, dalam relasi dengan orang beriman lain, menuju kebenaran yang makin penuh, kebenaran yang lebih jauh dalam komunitas yang menempuh perjalanan sejarah.

lntegritas kristiani ditentukan oleh lnjil Yesus Kristus; namun, tradisi dan kebenaran lnjil YesusKristus itu terbuka dan berhubungan dengan tradisi dan dengan kebenaran dalam agama-agama lain. Bagaimana kita hidup dan berbicara sebagai orang kristiani, integer dan terbuka, di antara saudara-saudara kita yang muslim?


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.