Menyelami Filosofi Lonto Leok: Persatuan dan Konsensus dalam Budaya Manggarai

Adrianus Musu Sili, Ferdinandus Iswandi, Oktavianus Nefrindo, Carolus Borromeus Mulyatno

Abstract


Lonto Léok, a tradition from Manggarai, Indonesia, reflects a significant transformation in the context of unity and communal decisions. Originating from inter-tribal conflicts, this tradition has evolved into a symbol of family unity. In Lonto Léok, formal interaction mechanisms are led by a leader known as "Tu'a Golo," who serves as a facilitator and guides the deliberation process. There are three main stages in Lonto Léok: "caca" (unpack), "cica" (discuss), and "congko" (finalize), reflecting an intensive deliberation process to reach collective agreements. This research aims to elucidate the history, meaning, and mechanisms of Lonto Leok in Manggarai culture while highlighting issues that still need to be addressed. The author adopts a qualitative method based on literature review, interviews, and the author's direct experiences as data sources. The research findings reveal that the shift in the meaning of Lonto Léok from battle to family unity demonstrates cultural adaptability in the face of social change. Lonto Léok represents how the Manggarai community manages conflicts and achieves consensus through deliberation and agreement.

Abstrak

Lonto Léok, sebuah tradisi dari Manggarai, Indonesia, mencerminkan transformasi signifikan dalam konteks persatuan dan keputusan komunal. Tradisi ini, yang berasal dari masa konflik antarsuku, kini menjadi simbol persatuan keluarga. Dalam Lonto Léok, mekanisme interaksi formal dipimpin oleh seorang pemimpin yang dikenal sebagai "Tu'a Golo," yang bertugas sebagai fasilitator dan memandu proses musyawarah. Terdapat tiga tahapan utama dalam Lonto Léok: "caca" (bongkar), "cica" (bahas), dan "congko" (rampung), yang mencerminkan proses musyawarah intens untuk mencapai kesepakatan kolektif.  Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejarah, makna, dan mekanisme Lonto Leok dalam budaya Manggarai sambil menyoroti masalah yang masih perlu diatasi. Penulis mengadopsi metode kualitatif dengan berlandaskan pada studi pustaka, wawancara, dan pengalaman langsung penulis sebagai sumber data. Hasil penelitiannya adalah pergeseran makna Lonto Léok dari pertempuran menjadi persatuan keluarga menunjukkan adaptabilitas budaya dalam menghadapi perubahan sosial. Lonto Léok adalah cara masyarakat Manggarai mengelola konflik dan mencapai kesepakatan melalui musyawarah dan konsensus.


Keywords


Lonto Leok, Manggarai culture, unity, leader, deliberation

References


Budiarto, G. Dampak Cultural Invasion terhadap Kebudayaan Lokal: Studi Kasus Terhadap Bahasa Daerah. Jurnal Pamator, 13(2), 2020: 183-93. http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator

Jebaru Adon, M. (2021). Fo.Lkways Lonto Leok: Budaya Manggarai dalam Terang Pemikiran William Sumner Tentang Masyarakat Sebagai Kerjasama Antagonis [Fo.Lkways Lonto Leok: The Manggarai Culture in Light of William Sumner's Thought on Society as Antagonistic Cooperation]. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 4(1), 411-21. doi:10.34007/jehss.v4i1.671

Leok, L., Noya Letuna, M. A., & Manafe, Y. D. Collaboration Across Differences, Consequences, and Democracy of Manggarai Communities. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 10(1), 2023: 597-606. http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v10i1.4463

Manafe, Y. D., Hadi, I. P., & Jama, K. B. Traditional Communication and Language Power In The Deliberative Culture Of "Lonto Leok." Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 39(1), 2023:187-196. doi:10.29313/mimbar.v39i1.2277

Redisnpirasi, "Menuju Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi," Majalah Inspirasi, 21 Oktober 2021, https://majalahinspirasi.id/2021/10/21/menuju-gereja-sinodal-persekutuan-partisipasi-dan-misi/

Sahertian, P., & Effendi, Y. R. The role of principal transformational leadership based on Lonto Leok culture Manggarai community for strengthening student character [Peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis budaya Lonto Leok masyarakat Manggarai untuk penguatan karakter siswa]. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 35(3), 2022: 321-38. https://doi.org/10.20473/mkp.V35I32022.321-338

Hendrikus Balzano Japa, "Praksis Budaya Lonto Leok Sebagai Wujud Pemersatu Orang Manggarai," ed. 2023, 6 (1): 195-204. 29 Maret 2023.

Dahurandi, K. (2021). Peran Tu’a Golo Dalam Konteks Perubahan Sosial (Studi Etnografisgendang Di Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur). Jurnal Alternatif Wacana Ilmiah Interkultural.

Riyanto, A., Ohoitimur, J., Mulyatno, C.B., & Madung, O.G. (Eds.). Kearifan Lokal Pancasila: Butir-Butir Filsafat Keindonesiaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2015.

Indarwati, L. (Ed.). Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores (hal. 223). Yogyakarta: PT Kanisius, 2020.

Martasudjita, E.P.D., et al. Sinodalitas Gereja: Tinjauan dari Berbagai Aspek Filosofis dan Teologis. Yogyakarta: PT Kanisius, 2023.

Detikbali. (2023, 22 September). Keponakan Hajar Paman hingga Tewas di Manggarai gegara Kulit Nangka. Diambil dari https://www.detik.com/bali/nusra/d-6504919/keponakan-hajar-paman-hingga-tewas-di-manggarai-gegara-kulit-nangka

Victory News. (2023, 22 September). Soal Tapal Batas Desa, Pemkab Manggarai Timur Dinilai Ciptakan Konflik Horisontal di Masyarakat. Diambil dari https://www.victorynews.id/ntt/pr-3313010642/soal-tapal-batas-desa-pemkab-manggarai-timur-dinilai-ciptakan-konflik-horisontal-di-masyarakat

Wawancara dengan Yustus Ance, tanggal 28 September 2023 via whatsapp




DOI: https://doi.org/10.24071/snf.v2i2.8514

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

    

E-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, September 2023) 3047-0714

P-ISSN: (Validity Starting Volume 1 No. 2, September 2023) 3047-1451

Kaliurang St No.KM, RW.7, Joho, Condongcatur, Depok, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55281, Indonesia

Flag Counter

Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology is licensed under CC BY-SA 4.0