Teologi Trinitas Pasca Vatikan II: Suatu Model Kajian dan Pendalaman tentang Teologi Trinitas

A. Eddy Kristiyanto(1*),

(1) Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


Doktrin Gereja tentang Trinitas (Allah Tritunggal Yang Mahakudus) sudah mencapai keutuhannya pada millenium pertama, terutama dalam tujuh empat Konsili Ekumenis yang pertama. Pada millenium kedua dengan demikian tidak ada kebaruan berkenaan dengan doktrin tersebut. Kalau pun hendak disebutkan tentang kebaruan, maka hal itu terdapat dalam cara sejumlah tokoh melihat, membaca, dan memaknai doktrin tentang Trinitas. Jika di sana-sini ada ikhtiar nyata untuk melihat, membaca, dan memaknai secara baru itu pun senantiasa sah dan valid, terutama karena zaman terus berubah. Persoalan pastoral yang muncul adalah bagaimana orang-orang pada zaman modern ini memahami dan memaknai doktrin terpenting Gereja tersebut? Konsili Vatikan II dipandang sebagai tonggak sejarah yang menjadi pedoman arah pembaruan dalam hidup Gereja di dalam dunia. Sejumlah pemikir Katolik, seperti Balthasar, de Lubac, Rahner, Metz, Boff telah berjasa mengartikulasikan kebutuhan Gereja yang mengimani Trinitas. Bagaimana pengejawantahan iman akan Trinitas itu tidak tinggal dalam ilmu spekulatif yang terkurung dalam tembok dan perpustakaan akademik. Konsep trinitaris yang bersifat perichoresis, yang dipopulerkan kembali oleh Boff didaratkan, sehingga mewujud dalam sikap solidaritas, kepedulian, dan keterlibatan. Praktis, sikap itulah yang disebut dengan kasih itu sendiri. Sifat itu terwujud terutama dalam spirit persekutuan (koinonia).


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.